“Mari Menjadi Pemain Drama”
Seiring pagi yang cerah, kusyukuri nikmat Alloh hari ini dengan niat yang baik, yakni membelajarkan murid – muridku speaking skill dengan sebuah materi ”How to express Certainity and Uncertainity”. Metoda dan teknik pembelajaran yang akan kugunakan adalah Role Play. Aku telah menyiapkan bermacam dialog panjang menyerupai teks drama dan gambar - gambar sebagai media pembelajaran. Dan kuharap murid – muridku akan mudah mempelajari dan memahami ungkapan keykina dan ketidakyakinan sehingga mereka mampu membuat sebuah dialog pendek / tanya jawab sesuai dngan gambar/situasi yang diberikan.
Kubuka pintu kelas, dan dalam langkah pertama kusapa mereka dengan salam, ”Assalaamu’alaikum Wr.Wb.” murid – muridpun menjawab serempak, ”Waalaikumussalaam Wr.Wb.” Kusimpan buku dan media pembelajaran di atas meja, kemudian kuhampiri siswa paling depan untuk menjalin komunikasi awal dengan mereka.
”Good morning my dear students!” sapaku dengan senyum sambil melayangkan pandangan ke sekeliling kelas.
“Good morning, sir.” Jawab mereka serempak
“How are you, today?” Tanyaku lagi.
“We are fine, thank you.” jawab mereka lagi.
“Alhamdulillaah, thank God. May the piece and the mercy of God always be upon us. Wait a minute, I don’t see Hendra and…..Aji. Where are they?” tanyaku sambil mengarahkan pandangan ke kursi – kursi yang terlihat kosong.
“They are absent, sir.” Jawab Meyrina, murid perempuan yang duduk di barisan depan.
“Any information about them?” Tanyaku.
“Noooo…..” Jawab murid – murid serempak.
“Lazy….lazy!” Sarmili nyeletuk sambil tertawa – tawa
“How pity they are, they still don’t realize how important the presence is!” komentarku sambil menuliskan ketidak hadiran mereka di buku absen siswa. “OK, my dear students.” Lanjutku, “Today we will learn how to express certainty and uncertinityt. A few days ago, we have learnt how to expressagreement and disagreementt, now we will learn other expression in different technique and method. Do you still remember how to express agreement and disagreement?” Tanyaku. Anak – anak diam, tak ada yang angkat bicara. Tiba – tiba ada suara nyeletuk dari barisan paling kiri. ”agree sir, agree!!” kata Puji malu – malu. ”Good, that’s almost right, in complete sentence please”! Tanyaku lagi. ”I agree with you sir!” Jawab Anton dengan suara agak keras. ”Yes, very good!”.”How to respose it?” tanyaku lagi. Murid – murid sibuk membuka – buka buku catatan. Seorang murid perempuan, Dwi namanya mengacungkan tangan. ”Yes, Please!” pintaku. ”OI agree with you, itu jika saya menyetujui pendapat seseorang, sir.” Jawab Dwi dengan lantang, walaupun tatapannya tidak lepas dari buku catatan. ”are you sure Dwi?” Tanyaku padanya. Dwi diam tak bicara, ia mungkin bingung ditanya seperti itu. “Are you sure, Dwi?” Sambil kuanggukkan kepala kepadanya ”Yes, ...” Jawab Dwi seperti tyidak yakin dengan jawabannya sendiri.”Ok then,. Let’s begin our meeting for today!” Ucapku.
Kiminta para siswa duduk dengan kelompoknya masing – masing, kubagigan lembaran kerja siswa berisi materi tentant ungkapan keyakinan dan ketidakyakinan.
”Dear students, in a group of five, please pay attention toto the dialogue written in your LKS!” pintaku kepada para murid. “Read it carefully, and I’ve asked you to study it at home.and now I want each group of you perform this dialogue in front of the class?” tanyaku sambil memandangi seluruh kelas. “Are you ready?
“Yes….” Jawab para siswa hampir serempak
“Please group one, you are lucky number one.” Pintaku kepada kelompok satu. Kelompok satu maju kedepan kelas kemudian mempresentasikan sebuah drama yang telah mereka pelajari sebelumnya. Sengaja naskah drama tersebut telah saya berikan sebelumnya dan saya telah meminta mereka untuk menghapalnya di rumah. Jadi hari ini tinggal mempresentasikan setiap kelompok saja. Para siswa terlihat antusias sekali memperhatikan teman – temannya melakukan adegan drama di muk kelas, sesekali mereka tertawa melihat keluguan temannya, sesekali juga mereka berteriak ”huuuuuu...” demikan berlanjut hingga semua kelompok mendapat bagian mempresentasikan drama di depan kelas.
“Ok, ok, be calm please!” pintaku menenangkan mereka. “All of the groups hve got turn to perform the play, now please begin your work, Answer the questions in Task one!” pinta ku sambil menenangkan mereka yang masih larut dalam keceriaan suasana pertunjukkan drama
Kuperhatikan dan kuamati setiap kelompok, sepertinya mereka larut dalam pekerjaan menjawab pertanyaan yang diberikan dalam LKS. Sesekali ada siswa yang bertanya, hanya pertanyaan yang diajukan sebatas rti dari kata – kata yang tidak mereka pahami.
Setelah 15 menit berlalu, kuminta para siswa menghentikan pekerjaannya, dan mengajak mereka mendiskusikan hasil jawaban bersama – sama. Berdasarkan pengamatan dan hasil jawaban siswa aku merasa tekejut, ternyata hampir 80 % jawaban siswa sesuai dengan yang aku harapkan.
Setelah melewati proses mendiskusikan jawaban latihan satu, kuajak mereka menemukan kata, makna dan pola kalimat ungkapan keyakinan dan ketidak yakinan yang telah mereka pelajari. Antusiasme mereka terlihat, 15 menit kuberi waktu untuk menemukan arti kata dan pola kalimat yang telah aku tentukan. Ketika mereka kuminta mengemukakan hasil pekerjaan 75 persen para siswa masih terlihat antusias, hal ini dibuktikan dengan acungan tangan mereka tidak atas nama keolompoknya, ketika kuminta mereka menjawab pertanyaan yang kuajukan. Aku yakin, sebagian yang tidak ikut mengacungkan tangan tidak berarti tida tertarik atau berminat, tetapi karena rasa malu dan ketidak biasaan mereka saja.
”You know my dear students, it’s a happy moment for me, To complete the happiness, I want you to make short dilogues based on the pictures given, but you must do it by yourself, not by discussing with others. OK?” Kutunjukkan gambar – gambar di dalam buku LKS yang harus dikerjakan oleh siswa sebagai instrumen penilaian
Sepertinya murid - muridku bekerja dengan sungguh – sungguh.
Setelah hampir dua puluh menit, kupinta mereka berhenti bekerja. ”Allright, time is up. Stop writng please!” kataku sambil menepukkan tangan. Murid – muridpun berhenti menulis sambil sedikit berkeluh kesah. “Now, please exchange your work sheet with your closest group!” pintaku kepada masing – masing kelompok. “ After you’ve got your friend’s work sheet, now lets check and find out the mistake.” Kataku sambil memberi penjelasan.
Murid – murid pun bertukar lembar kerja mereka dengan kelompok yang paling dekat. Selanjutnya mereka memeriksa pekerjaan kelompok lain. Sebagian kelompok asyik berdiskusi dengan temannya tentang pekerjaan kelompok lain yang sedang mereka hadapi, tetapi sebagian kelompok hanya satu dua orang saja yang terlibat dengan pekerjaan pemeriksaan dengan bimbingan jawaban dariku.
Harapanku, seperti itulah berlangsungnya diskusi dalam proses pembelajaran speaking dengan menggunakan metode Role Play. Ternyata dengan menggunakan metode role play paling tidak antusiasme dn motivasi belajar mereka mengalami peningkatan.
MAMAT RAHMAT, S.Pd
SMP NEGERI 2 CISITU-SUMEDANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar