BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kualitas
pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan.
Secara mikro, harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang
efektif di kelas yang lebih dapat memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal
itulah yang saat ini menjadi fokus pembaruan pendidikan di Indonesia
terutama dalam pelajaran bahasa Indonesia. Karena bahasa memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada pada dirinya.(KTSP
2006).
Keterampilan
menulis oleh para ahli pengajaran bahasa ditempatkan pada tataran paling tinggi
dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis
merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh sesudah
keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Hal ini pula yang menyebabkan
keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dianggap paling
sulit.
Meskipun
keterampilan menulis itu sulit, tetapi perannannya dalam kehidupan manusia
sangat penting dalam masyarakat sepanjang zaman. Kegiatan menulis dapat
ditemukan dalam aktivitas manusia setiap hari, seperti menulis surat, laporan,
buku, artikel, dan sebagainya. Dapat dikatakan, bahwa kehidupan manusia hampir
tidak bisa dipisahkan dari kegiatan menulis.Bahkan, Tarigan (1992:44)
menyatakan bahwa indikasi kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari
maju-tidaknya komunikasi tulis bangsa itu.
Kenyataan
di atas mengharuskan pengajaran menulis digalakkan sedini mungkin. Tidak mengherankan
jika dalam kurikulum Sekolah
Dasar sampai dengan
perguruan tinggi, pengajaran menulis menjadi aspek pembelajaran bahasa
Indonesia yang mendapat porsi lebih besar daripada keterampilan berbahasa
lainnya. Hal ini terlihat pada banyaknya porsi keterampilan menulis dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, yakni sekitar 70 persen.
Akan
tetapi, disayangkan, kenyataan dewasa ini pembelajaran menulis termasuk di SD
belum menggembirakan.Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kemampuan
menulis siswa masih rendah karena metode pengajaran menulis kurang
efektif.Banyak kalangan menilai pengajaran menulis dewasa ini sangat terlantar.
Uraian
di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan pembenahan
serius dalam
pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
ketidakmampuan siswa dalam menulis.Namun, diakui bahwa peranan guru sangat
menentukan.Oleh karena itu, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif serta
memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang pembelajaran menulis, terutama
menyangkut teknik dan strategi yang digunakan.
Kenyataannya, dewasa ini pendekatan yang digunakan dalam pengajaran
keterampilan menulis yang banyak diterapkan di sekolah adalah pendekatan
tradisional yakni mengajar siswa secara langsung dengan memberikan judul, tema,
atau topik tertentu.Siswa disuruh mengembangkan kerangka, dan sebagainya dengan
penekanan pada hasil tulisan.Strategi semacam ini menjadi kendala bagi pengembangan
keterampilan menulis siswa.Hal tersebut diakibatkan karena siswa tidak terbiasa
mengkaji secara langsung permasalahan yang hendak ditulis.Akibatnya, siswa
terbentur dalam menuliskan materi yang ada dalam pikirannya.Padahal, pada
hakikatnya, kemampuan menulis siswa sangat bergantung kepada penguasaan hal
yang hendak ditulis.
Berdasarkan
uraian di atas, maka guru harus kreatif dalam memilih strategi pembelajaran
menulis, tidak terpaku dengan minimnya waktu yang disediakan dan tuntutan
target kurikulum. Akan tetapi, harus sejalan dengan tujuan pembelajaran
menulis, yaitu agar siswa terampil mengkomunikasikan idenya secara tertulis
melalui suatu proses menyeluruh yang bermakna, yang tentunya membutuhkan suatu
proses latihan yang memadai dan kontinyu.
Bagi banyak siswa, kegiatan menulis
seperti mengarang atau menulis petunjuk membuat sesuatu dikatakan merupakan
kegiatan yang sulit untuk dilakukan. Hasil dari observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada tanggal 22 November 2011 Dalam pembelajaranbahasa Indonesia pada
materi menjelaskan petunjuk cara membuat sesuatu dikelas IV SDN Corenda
Kecamatan Cisitu, dapat dikatakan hampir tidak ada siswa yang bertanya. Kalau
tidak ditunjuk, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan, baik pertanyaan dari
siswa lain, maupun guru. Memberikan komentar atas bahan ajar yang sedang
dipelajari pun sama saja, harus ditunjuk. Kelas terkesan mati karena tidak
terjadi interaksi seperti yang seharusnya terjadi yaitu ada interaksi dua arah
antara guru dengan siswa ataupun sebaliknya. Guru aktif menerangkan, dan siswa
hanya mendengarkan bahan yang diajarkan. Padahal keberhasilan suatu
pembelajaran dipengaruhi juga oleh keaktifan para siswa dalam mengikuti
pembelajaran tersebut.
Terlihat dari data awal tes
hasil belajar menulis petunjuk cara membuat sesuatu dari jumlah siswa 17 orang terdapat
43% siswa yang mampu menulis petunjuk dengan kalimat yang runtut dan 55% dari
keseluruhan siswa dapat menulis petunjuk dengan urutan yang tepat, nilai
rata-rata kelas pada pembelajaran tersebut adalah 49, masih jauh dengan KKM
yang ditentukan yaitu 65. Hanya 5 orang atau sekitar 30% siswa yang tuntas
dalam pembelajaran tersebut dan 70% atau 12 orang siswa sisanya masih belum tuntas
dalam pembelajaran tersebut.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti, faktor yang mempengaruhi keterampilan menulis siswa di kelas IV SDN
Corenda Kecamatan Cisitu pada pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi
menulis petunjuk cara membuat sesuatu diantaranya adalah:
1. Rendahnya
penguasaan kosakata, kesulitan dalam menyusun kalimat yang runtut dan pilihan
kata yang tepat, dan ketidakmampuannya mengembangkan gagasan.
2. Sebagian
besar siswa tidak bisa menuliskan langkah-langkah menulis petunjuk membuat
sesuatu secara berurutan.
3. Dalam
proses pembelajaran hanya berpusat pada guru artinya siswa tidak diberi
kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran. Pada saat pembelajaran guru
menjelaskan materi tidak menggunakan metode yang bervariasi sehingga membuat
siswa kurang tertarik untuk belajar.
Pada
kesempatan lain ditanyakan alasan pada guru tentang penggunaan metode dan media
pembelajaran. Menurut pendapat guru, keterbatasan sarana dan prasarana yang
kurang memadai menjadi penyebab tidak digunakannya media dalam
pembelajaran.Teknik pembelajaran hanya dilakukan secara klasikal. Menurutnya,
pembelajaran dengan menggunakan teknik kerja kelompok akan membuat siswa ribut
dan kelas menjadi gaduh.
Secara
keseluruhan berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara awal dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
berpusat pada guru, guru hanya mentransfer informasi pada siswa, siswa tidak
terlibat secara aktif sehingga terlihat siswa tidak termotivasi dan
pembelajaraan kurang menarik perhatian siswa.
Setelah
menganalisis faktor penyebab kekurangberhasilan siswa tersebut maka diperlukan
suatu upaya untuk mengatasinya. Dalam hal ini akan digunakan suatu media dan
model pembelajaran yang diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran. Media dan Model yang akan diterapkan yaitu media yang dapat
menarik minat siswa untuk belajar dan model pembelajaran yang dapat
membelajarkan siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya sesuai
pengalaman nyata, sehingga siswa dapat menulis
petunjuk cara membuat sesuatu dengan menggunakan kalimat yang runtut dan
pilihan kata yang tepat, maka secara tidak langsung
melatih kemampuan menulisnya.
Upaya
yang akandilakukan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
berpikir berpasangan berempat dengan media audio
visual, sedangkan metode penelitian
yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas.
Model
kooperatif tipe berpikir berpasangan berempat
didasari oleh pertimbangan yang berkaitan
dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh aliran konstruktivisme
(Rosalin. 2008: 5), yang menyatakan bahwa;
belajar bukanlah sekedar menghafal, melainkan proses mengkonstruksi
pengetahuan melalui pemahaman, pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru
kepada orang lain karena setiap orang mempunyai skema tersendiri tentang apa
yang diketahuinya.
Peneliti juga melihat bahwa pendidikan yang berlangsung dewasa ini padaumumnya
masih menerapkan orientasi pembelajaran lama,
yang memperlihatkan belum
adanya peran aktif siswa dalam pembelajaran. Guru lebihberperan sebagai subyek
pembelajaran (pembelajaran berpusat pada guru),sedangkan siswa sebagai obyek,
serta pembelajaran tidak mengaitkan
materi yang dipelajari dengankehidupan
sehari-hari siswa.
Atas dasar
hal tersebutlah sehingga pada akhirnya dalam
penelitian ini penulis mencoba
untuk lebih memberdayakan kemampuan siswa, melalui pola interaksi secara
intens, baik dengan materi, guru, maupun dengan temannya.
Dengan penerapan model kooperatif tipe berpikir
berpasangan berempatdalam pembelajaran menulis petunjuk, diharapkan juga dapat melatih kemampuan interaksi sosial
siswa. Sehingga pembelajaran yang berlangsung benar-benar bermakna.
Media audiovisual merupakan media yang memiliki kemampuan suara, gambar,
garis dan symbol seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide.
Media yang akan digunakan dalam pembelajaran ini adalah berupa rekaman video
tentang lingkungan yang berada disekitar tempat tinggal siswa.
Beranjak
dari uraian yang telah dijelaskan di atas, peneliti membuat suatu penelitian
yang berjudul “Penerapan Model
Kooperatif Tipe Berpikir Berpasangan Berempat dengan Media Audio Visual dalam
Menulis Petunjuk Pada Siswa Kelas IV SDN Corenda Kecamatan Cisitu
Kabupaten Sumedang”........................................................................................................... ANDA BUTUH BANTUAN MENULIS PTK, HUBUNGI PENGELOLA BLOG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar