A
Case Study
Gues
what am I miming?
Siang itu terasa terik,matahari memanasi setiaplekuk sudut bumi tanpa ada rasa belas
kasihan sama sekali. Anak – anak di sekolah SMP Negeri 2 Cisitu, sepertinya
enggan keluar kelas, nyaman memang ketika anak anak tidak saling berkejaran di
luar kelas, tetapi lokasi permainan mereka berpindah ke dalam kelas. Gaduh, ada
yang berteriak – teriak, sebagian memukul – mukul meja bahkan sebagian lagi
saling kejar hingga menginjak kursi – kursi di dalam kelas. Saat itu jam telah
menunjukkan pukul 11.00 WIB, menurut
perhitungan jam pelajaran, seharusnya
sudah menginjak jam pelajaran ke – 6.
Di dalam ruangan kantor guru, saya sedang berpikir keras
seperti mau mengimbangi keras dan panasnya udara di luar. Pada jam – jam
seperti ini, biasanya motivasi belajar siswa sudah mulai berkurang, padahal
saat itu, Saya bermaksud membelajarkan mata pelajaran Bahasa Inggris pada skill
reading di kelas 9 C. Ada perasaan berat
ketika itu, sebab berdasarkan pengalaman, pembelajaran reading agak kurang diminati anak – anak, membosankan
kata mereka baca melulu. Namun kali ini saya mau mencoba pembelajaran reading
dengan menggunakan metode dan tekni yang belum pernah saya gunakan sebelumya,
yaitu teknik mime story. Mudah – mudahan dengan menggunakan teknik ini para siswa terangsang dan bangkit motivasi
belajarnya.
Dengan langkah sedikit gontai, saya keluar dari ruangan
guru dan berjalan mnenelusuri lorong – lorong kelas, telah terbayang di benak
saya, wajah – wajah siswa yang berkerut,
ketika pembelajaran reading berlangsung. “Assalamualaikum,
Good morning everybody!” sapa saya dengan suara sedikit lesu. “Waalaikum salaaaaammm, Good morning, sir!”
jawab para siswa serempak. “How are you
today?” sapa Pal Nana lagi. “I am
fine Sir.” saya berjalan mendekati meja guru, kemudian kusimpan buku di
atas meja. Sambil melangkah mendekati meja siswa paling depan, saya berkata, “The weather is very hot, but I hope it won’t
make us boring. Do you agree?” . “OK
sir....! sebagian siswa mengomentari ucapan saya, sebagian yang lain kelihatan mengipas –
ngipaskan buku ke badan mereka. Kukelilingi
seluruh ruangan kelas, kulihat ada tiga
kursi tak berpenghuni. “Where are Agzi,
Yahya and Riki?” tanyaku kepada para siswa. “Absent, sir. “Oh...any information, or letter maybe?” tanyaku
kepada para siswa, sementara di dalam hati ada perasaan mengeluh, mungkin saja
mereka tidak hadir karena tidak atau paling tidak kurang berminat pada
pelajaran bahasa inggris yang saya ajarkan. “Noooo..!”
seru para siswa hampir bersamaan. “Ok, then, Let’s hope that they are OK, and
nothing go wrong with them. Today I’ll
teach you reading skill, the theme we
will talk about is Narrative text “. Lanjut saya, “Are you ready?” Para siswa menjawab serempak, “Yeeeessss ....!” “Have
you ever read or heard the story of Sangkuriang?” tanya saya kepada para
siswa, sebagian terdiam, sebagian berucap yeeesss,
sebagian lagi tak acuh. “Suci, what about
you?” tanyaku kepada salah seorang
siswa yang bernama Suci, ia salah seorang siswa yang cukup pintar di kelas ini.
“Yes sir.” Jawab Suci. “What about the story of Lake Toba?”
tanyaku lagi. Para siswa terdiam, bahkan di bangku barisan belakang dua orang
siswa saling berbisik, entah apa yang sedang mereka bicarakan. “What about you, Cecep?” tanyaku kepada salah
seorang siswa laki – laki. “No sir.”
Jawab Sandi seperti kurang semangat. “OK my dear students, If you read a story
abou of Sangkuriang, Malin kundang, the legend of Lake Toba and other kinds of
stories, it means you read narrative texts.” Jelasku, sambil terus
memberikan sedikit penjelasan tambahan tentang narrative text kepada
siswa. “First of all, Id like to read a kind of narrative text, it’s a kind of folktale. The title of
the folktale is The Legend of Mount Tampomas. What you have to do is read the
text, and at the same time I will read the text aloud and mime all the
sentences I read. I will act like a pantomim player. You, read the text and pay attention to my
mime. Aku kemudian membagikan teks
bacaan yang berjudul The Legend of Mount
Tampomas kepada para siswa. Anak
anak menerima lembaran teks tersebut dengan agak lesu. “Now, please read the text and pay attention to me.” Aku kemudian
membaca teks bacaan tersebut dengan nyaring dan bersamaan dengan itu ake
melakukan gerakan – gerakan yang bersesuaian dengan kalimat yang aku baca. Anak
– anak mulai tertarik bahkan sebagian besar dari mereka tertawa, mungkin mereka
merasa lucu dengan gerakan – gerakan yang aku lakukan. Kulakukan hal tersebut
selama dua kali. Ah, suasana kelas hari
itu mulai terasa nyaman, para siswa pun sampai lupa bahwa saat itu jam – jam
terakhir dan hari itu pun cuaca sangat panas. Setelah aku selesai memberikan
pembelajaran, kuminta para siswa membaca kembali teks tersebut dengan seksama
dan selanjutnya kuminta mereka menjawab beberapa latihan soal berdasarkan teks
tersebut.
Lega sekali rasanya, kupikir hari itu aku telah
melaksanakan tugas mengajar dengan baik sebab melihat antusiasme para siswa
ketika aku melakukan gerakan pantomim cukup tinggi, hampir tidak ada siswa yang
tidak memperhatikan teks bacaan dan gerakan – gerakan yang aku lakukan.
Tinggal aku menunggu, sejauh mana keberhasilan
pembelajaran dengan teknik mime story dapat membantu para siswa memahami
bacaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar